Minggu, 06 Juni 2010

Tarian Wayang

Trah anggane kawulaning larap larap antrap lakune rogo. Sungkur lan ngadhek punggawane awak. Tumibho ing tatanan sing sampun dirambahhi.

Weton lajur gagasipun panguji griyo. Taman taman asmoro dadi pepahite. Madhek ancang golek cecarane.

Gunung gunungan mulai goyang saka ancanganipun. Tibo lapak sworo sworo antraning pangupa. Dodo mancang tegak kekanti mancang egonipun.

Perange pusaka diadu rogonipun. Pitutur manceng reganipun tulodho. Tansah ngilu mboten wonten lungo.

Jor joran malang malang putung rawe rawe rantas. Menawi priyayi ilang andap asoripun. Ilang srono lan lajuripun dados abdi.

Panceng panceng pecah pecah rogo. Ilang ilangipun getih getih bening. Namung tinggal getih getih wedhak ingkang amis gegandhanipun.

Tarian Keseimbangan

Mengawali suatu gerakan memang diataskan pada keseimbangan keadaan. Seperti mulai mengayunkan tangan dengan apa pikiran. Terpacu pada roda roda hias kehidupan.

Maka kita mengenal suatu keburukan ataukah kebaikan. Disemaikan diparudaan siang dan malam. Maka jejaki kata sembrani.

Seakan racun tetapi kenapa juga obatnya. Maka ditatap kerasnya jalan dibentangnya. Kini memainkan.

Seperti tangan diatas meminta energi, lala dialurkan kedepan. Dimana kaki mulai diderapkan. Mulai masuki romantisnya dunia dan mulai ikuti putaran.

Sabtu, 05 Juni 2010

Elemen Diri

Mengawali dari hidup dan melajur keras demi perjuangan panjang pada pencarian kebenaran dan kebaikan. Ditautkan pada 3 hal yaitu:
1. Roh
2. Jiwa
3. Raga

Dan didorongkan pada kata tautan berupa:
1. Ke Pencipta
2. Ke Orang Tua
3. Ke Guru, meliputi: Al Gur'an , Hadist dan lingkungan termasuk alam ataupun apapun yang terhubung oleh kita.
4. Keromantisnya kehidupan.

Lapak Banyu

Napak'i anggenipun gegayuhan laku ing tumotho inggih saget srono mangertor ilir ilir lakune banyu. Ingkang tumawos rencak rencak gelorinipun tumombho. Saghet tilek anane warno banyu tumili, menapa pethak punapa bening.

Ilir ilir lajune pleret wonten ing tumotho ilinipun. Jhagi supados pas anggenipun mlebet tulak'an inggih diambahi. Mboten tansah gugu bendeng menawi sampun diwetak'i.

Lakune peteng wonten padangipun rembulan ingkang remang. Supadhos lajur supados ngati ati anggen titi bedheng galengan.

Banyu budhak menika wonten regan apik inggih nipun:

1. Lakune campur lemi ingkang dados aken subur.
2. Nyenengaken ulam lele menawa unggas.

Namung wonten kekuranganipun inggih menika:

1. Saget ngrusak gemburipun ler leran.
2. Wonten ulam ingkang mboten kuat ten banyu buthak.

Lan untungipun banyu bening:

1. Saget dados kebutuhan pribadinipun kiyambak, saking supados reresek rogo supados kangsi komsusi unjuk'an.
2. Nyehat ipun kewan ternak lan ulam tawar.

Punapho kabeh menika entenipun kaedah lan faedah alamipun ingkang paringi Pangeran Gusti. Menika saget maksimal wonten gunani inggih kegantung wonten jeronipun awak kiyambak.

Ilir ilir lakune gembludhak rusak anggonipun gerak. Ilir ilir lakune kecandhak saget srono lan gegayuhan.

Ketika Hitam Dijadikan Pacu Penegasan

Terkadang kita bertanya dan menanyakan apa itu arti tautan atau hubungan. Apakah kadang kita mengerti, apakah kadang kita mau menerima?

Lajur keras kehidupan memang tidak selalu diatas kemanisan. Kadang nilai nilai buruk inilah suatu adanya penyempurna. Kenapa?
Kitakan diajarkan untuk merangkul dan menimang sesama agar tertuju pada kebaikan dan kebenaran.

Lalu apakah kamu lakukan bila ada dari seseorang atau teman datang dengan keburukan. Apakah kita jauhi?
Ini kadang adalah sifat manusia mencari ketenangan diatas kesalahan orang. Bukankah semua untuk welas kasih atau saling menyayangi.

Pada dasarnya kita semua ada sisi kebaikan dan hanya mungkin tertutup kebiasan atau kurangnya bimbingan. Justru ujian kita disinilah, apa makna dari yang kita bisa kalau diam. Apakah akan ada nilai ataukah memang mau jadi yang bahagia.

Kita tahu dimana ada siang ada malam, dan ada hitam dan putih inilah teguran bagi kita mau nilai yang bagaimana?

Seperti perwujudan Punakawan telah kita dapatkan warisan yang luar biasa dari semua ada kekurangan dan kelebihan. Dan saka tatal di Masjid Agung Demak Semarang dari nilai yang sudah dianggap tidak guna jadikan patokan tengah penyempurna bangunan.

Pelompat Tanpa Bayangan

Ketika kita melajur diri maka kadang terikat pada lalu ataupun hal yang diangan jadikan ketakutan. Dimana kita bisa memulai suatu kemajuan jika kita terbeban. Diantara trauma lama kadang jadi perhitungan, tapi apakah layak jika dalam kasusnya selalu jadi penguji terus. Tentunya kita ingin bebas bergerak bukan?

Hari demi hari banyak hal yang kuimpikan kadang jadi gagal, entah kenapa? Kadang juga kudisodorkan pada hal yang tidak terduga inilah naluri. Dimana orang mengatakan bila kita ragu buat apa kita jalani, bila kita terpaksa apakah faeadah. Tentunya hal yang dipaksa inilah jadi suatu grendeng atau mengeluh. Dari adanya mengeluh kita akan terbeban.

Menatap keadaan nyata semua pikirkan yang pasti saja. Jalani semua dengan syukur dan nikmat dari padaNya atau akan tetap jadi orang yang merasa rugi. Bila tidak ada nilai sayang dan menerima keadaan diri sampai kapanpun tetap akan jadi penjilat.

Hidup ini terjal dan liris landai diantara ombak pantai. Terpanya mampu mendesir hantam karang yang menjulang. Seperti air pecah tapi tetap memapah. Papah pada semua kembali menyatukan harapan.

Aku memang belum apa apa dan memang tetap biasa. Dan diriku tetap yakin dan mau berjuang walau terjebak dikeadaan. Dari luar mungkin aku gagal tapi dalam penyikapan aku selalu melajur pada titik titik pemecahan.

Seperti adanya kuciran ataupun gunjingan itukan tetap jadi nilai penyempurna. Karena prinsipku" kurang adalah pembentuk pada penyempurna".